Bhoi - Kue Tradisional Aceh

 


JMA - Aceh merupakan salah satu kota peradaban Islam yang cukup maju. Kota yang memeroleh julukan Serambi Mekah ini juga mempunyai daya tarik tersendiri, sehingga cukup banyak didatangi wisatawan.


Kue Bhoi adalah kue tradisional asli Aceh yang melegenda. Kue ini wajib ada disetiap hari-hari istimewa, seperti pernikahan atau lainnya, kalau di-Jawa sih makanan kue ini seperti Apem atau jenang. Kalau dari arti bahasa bhoi itu sendiri artinya adalah bolu (dalam bahasa Aceh).


Tak ada yang bisa menjelaskan muasal nama Bhoi. Namun kultur India dan China diakui turut mempengaruhi masyarakat pada proses penggunaan cetakan dan pembuatan motif penganan yang satu ini.


“Misalnya cawan cetakan yang sebelumnya berbahan kayu, tapi saat pedagang India dan China masuk, lambat laun warga menggunakan cawan berbahan kuningan atau tembaga. Sedang motif seperti, ikan, bungan kulit pala dan daun terbentuk dari cawan impor. Ini tidak berubah hingga sekarang.


Dalam sejarah, kue bhoi merupakan penganan kalangan ningrat termasuk keluarga Sultan Iskandar Muda. Penganan ini disajikan kepada tamu istimewa yang datang berkunjung, atau saat perhelatan adat besar seperti pesta perkawinan.


Kue bhoi adalah sebuah indikasi adat yang berkelas yang keberadaannya tidak ditemui disemua tempat. “ Lihat saja saat musim lebaran, kalau orangtua bikin kue bhoi, maka bhoi akan disajikan ketika ada tamu penting saja, itu karena selain menunjukan entitas adat, juga karena membuatnya susah dan bahan bakunya mahal.


Kue bhoi ini merupakan salah satu makanan yang menjadi andalan masyarakat Aceh. Kue bolu ini dicetak dalam berbagai bentuk, umumnya adalah bentuk bintang, bunga, dan ikan. Meskipun rasanya tidak terlalu manis, kue ini akan sangat nikmat saat dijadikan teman minum kopi Aceh. Kue dengan tekstur lembut ini, sering disajikan dalam acara seserahan pengantin, kelahiran anak maupun khitanan.


Saat ini di Aceh, kue bhoi banyak digunakan dalam acara seserahan pengantin pria kepada pengantin wanita atau disajikan sebagai suguhan acara pernikahan. Kue bhoi tak lagi merepresentasikan kasta seseorang. Kue bolu khas Aceh ini bisa dinikmati siapa saja. Bahkan menjadi salah satu oleh-oleh favorit para wisatawan saat berkunjung ke Aceh, karena kue ini bisa bertahan cukup lama.


Dulu, kue bhoi merupakan makanan yang hanya bisa dinikmati oleh kaum bangsawan atau ningrat. Saat masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, kue ini sering disajikan kepada tamu istimewa yang berkunjung. Selain itu, kue bhoi menjadi tolak ukur kasta keluarga seorang wanita saat akan melangsungkan pernikahan. Kue bhoi dicetak besar dan dihidangkan kepada calon mempelai pria, sebagai sebuah syarat adat  yang harus dipenuhi.


Bila Betawi punya roti buaya, Aceh punya kue bhoi. Kue bolu khas Aceh yang memiliki bentuk ikan. Meski tak sebesar roti buaya, kue bhoi Aceh ini sering menjadi salah satu hantaran pernikahan di sana. Rasanya yang nikmat dan sejarah panjangnya, membuat kue ini selalu ada dalam acara penting seperti pernikahan, sunatan, dan lainnya.


Bhoi adalah sejenis kue bolu, berbahan tepung beras, telur bebek dan gula pasir. Seiring perkembangan zaman, bahan pembuat bhoi kini mulai disesuaikan dengan kesukaan masyarakat, yakni tepung beras digantikan dengan tepung terigu, dan telur bebek, digantikan dengan telur ayam. Bagi yang ingin membuat sendiri di rumah, caranya pun tidak terlalu sulit. Telur dikocok sampai mengembang hingga bau amis hilang, kemudian ditambahkan gula dan tepung hingga menjadi adonan yang utuh. Adonan dipanggang dengan cetakan yang terbuat dari kuningan, semakin sering cetakan digunakan, akan semakin baik untuk memanggang karena adonan tidak akan lengket.


Jika pada umumnya seluruh permukaan kue bolu bertekstur lembut, tidak dengan kue Bhoi. Kue ini biasanya dipanggang di dalam oven dengan cetakan khusus sampai tekstur luarnya kering, akan tetapi didalamnya tetap lembut. Jika ingin menyicip kue bolu unik ini, kita bisa pergi ke pasar-pasar tradisional atau toko khusus yang menjual kue khas Aceh, seperti di Pasar Aceh, Pasar Seutui, Peunayong, dan gerai-gerai yang berjejer di ruas jalan Lampisang, arah ke Lhoknga dan Aceh Besar.


Penulis : Cut Handayani


Post a Comment

Lebih baru Lebih lama